1. TAK HANYA RANU KUMBOLO DAN RANU PANE
Ranu Pane dan Ranu Kumbolo, siapa yang tak kenal dengan dua ranu ini, terutama bagi kawan-kawan pendaki yang pernah mencicipi gunung Semeru. Sekejar pengantar, Ranu adalah sebuah kata dari suku Tengger yang bermukim di kawasan TN-BTS yang berarti Danau. Ranu Pane, Sebuah ranu atau danau yang terletak di desa Pane (2200 MdPL) yang menjadi gerbang utama bagi para pendaki yang akan mendaki gunung Semeru. Di desa Pane ini, semua perijinan yang terkait dengan proses pendakian gunung Semeru diurus. Di desa Pane, terdapat 3 agama dan 1 kepercayaan yang dianut masyarakatnya, ada pemeluk Islam, Kristen, Hindu dan penganut Anismisme/Dinamisme. Ada masjid, gereja kecil di tengah desa, juga ada sebuah pure di sebelah lapangan sepak bola dekat ranu pane yang masih terawat.
Ranu Pane yang Berkabut |
Perkebunan Penduduk dan "Penampakan" Mahameru |
Menyusuri jalur pendakian Semeru selama kurang lebih 4 Jam, di ketinggian 2400 MdPL, anda akan menemukan ranu kumbolo, "Sang Primadona" Semeru, "Danau Para Pengembara". Pada dasarnya, ranu kumbolo ini merupakan sebuah kawah mati purba bekas letusan gugusan pegunungan Ayek-Ayek dan airnya merupaka tampungan dari air hujan. Sekedar Informasi, yang disebut Semeru itu hanya meliputi kawasan Arcapada keatas hingga Mahameru. Sedangkan selama pendakian, kita melewati 2 Gugusan pegunungan sebelum mencapai pos terakhir Kalimati, Yaitu Gugunsan pegunungan Ayek-Ayek yang terdiri dari gunung ayek-ayek (Jalur Pintas Menuju Ranu Kumbolo), Kawasan Watu Rejeng (Jalur utama Pendakin) dan tentunya ranu kumbolo dan tanjakan cinta. Satu lagi yaitu gugusan pegunungan Jambangan, yang di kawasannya ada area Cemoro Kandang, Jambangan, Kalimati, Gunung Kepolo dan termasuk Gunung Semeru itu sendiri.
Ranu Kumbolo dari Bawah Pos-4 (Fishing Point) |
Sunrise Ranu Kumbolo |
Ngeksis dikit di Ranu Kumbolo |
Namun beberapa waktu yang lalu, saya dikagetkan dengan statement teman saya yang biasa dipanggil "Kuncen Semeru" karena dalam setahun, orang ini bisa lebih dari 10 kali mendaki semeru. Pada 2012 kemarin saja, dia telah 16 kali meminum air ranu kumbolo. Dia mendapat informasi ini dari seorang porter lokal yang mengatakan bahwa ada sebuah ranu rahasia yang terahasiakan dari dunia luar di rimbunnya rimba Arcapada. WHAT? Saya juga sempat kaget mendapatkan informasi tersebut. Nama ranu tersebut adalah RANU PUKIS!! yang katanya, merupakan sebuah ranu di areal Arcapada yang dikekelilingi oleh "Pasir Misterius" dimana benda apapun yang berada diatasnya akan seperti terbakar, ini bisa dilihat dari (Katanya) daun-daun yang jatuh di atas pasir itu menjadi kering seperti terkena api. Benarkan seperti itu? Saya juga belum tahu pasti tentang kebenaran cerita itu, namun ada bisa membuktikan kebenaran keberadaan ranu ini melalui google maps atau google earth. Kordinat ini saya dapatkan setalah browsing karena keingintahuan saya akan kebenaran tentang keberadaan ranu misterius ini. Dan dia memang ada! Tersembunyi di dasar rimba Arcapada. Bagi anda yang ingi tahu Ranu pukis, ini kordinatnya -8.095771,112.965018 atau anda ketik di kolom search Google Maps dengan keyword "RANU PUKIS", maka akan ada sebuah poin di lereng timur laut Puncak Mahameru. Bahkan jika pernah mencapai Mahameru dan melihat sekitar(Bawah) dengan teliti, maka niscaya anda akan mendapatkan sebuah danau atau sekedar bayangan air. Itulah ranu pukis dan saya telah membuktikannya sendiri. Namun jika anda mencoba searching akan ranu pukis ini, mungkin anda akan menemukan lagi nama sebuah ranu, yaitu Ranu Pakis. Nah lo, ranu apalagi itu? Saya juga tidak banyak mendapat informasi tentang ranu pakis ini karena fokus saya merupakan ranu pukis yang misterius ini. Namun jika dilihat sekilas, Ranu Pakis ini tak beda jauh dengan ranu pane. Dengan segala kemisteriusan ranu pukis ini, hingga pihak Taman Nasionalpun tidak mencantumkan namanya di list resmi danau atau ranu yang berada di kawasan TN-BTS, saya dan teman saya yang "Kuncen" tersebut akan berniat melakukan sebuah pencarian ke ranu pukis ini dan tentunya meminta bantuan dan pengawalan dari Tim ranger Taman Nasional serta para penduduk setempat. Dan jika tidak ada hambatan, pada tahun ini, pencarian itu akan dilaksanakan. Amin.
2. LEMBAH BUNGA/TAMAN BUNGA WATUREJENG
Waturejeng, sebuah formasi batuan vertical raksasa yang biasa dilalui oleh pendaki Semeru. Nama Watu Rejeng juga menjadi nama ruter pendakian resmi gunung Semeru. dari sebuah penelitian, Watu Rejeng ini adalah batuan induk dari gugusan pegunungan Jambangan dan Ayek-Ayek. Jadi bisa dibilang, batu ini adalah "Ibu"-nya Semeru.
Tak banyak yang tahu kisah dibalik Watu Rejeng ini dan kembali, Bapak-bapak dan mas-mas porter semeru menjadi narasumber yang bisa dipercaya setelah kebenaran keberadaan Ranu Pukis tadi. Diceritakan, dahulu, jalur pendakian tidak melewati lokasi yang sekarang berdiri POS-3 atau pos yang telah roboh di bawah tanjakan Bakrie, namun langsung menembus tingginya watu rejeng dan langsung tembus di belakang pos-4, pas terakhir sebelum memasuki kawasan Ranu Kumbolo. Saya tidak mendapat informasi pasti mulai kapan jalur watu rejeng dirubah, namun saya mendapat penjelasan kenapa hal itu dilakukan. Tentu bagi kawan-kawan yang pernah mendaki semeru, minimal sampai ranu kumbolo pasti melewati sebuah jalan turunan dan berbelok kekiri, dimana banyak batang-batang pohon yang tumbang seperti bekas longsoran sebelum memasuki kawasan Watu Rejeng. Yup! longsor, itulah yang menyebabkan jalur diputar ke jalur yang sekarang melewati pos-3/pos roboh.
Watu Rejeng dari Kejauhan |
Tentu berbeda. Dari sekian banyak kawasan atau areal sepanjang jalur pendakian Semeru (Ladengandowo, Waturejeng, Ranu Kumbolo, Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, Kalimati, Arcapada, Kelik hingga Mahameru), hanya watu rejeng yang hingga saat ini masih menyimpan sejuta misteri bagi saya. Boleh percaya boleh tidak, setiap kali berbicara mengenai waturejeng, selalu membuat bulu kuduk saya berdiri, termasuk ketika menulis artikel ini. namun tidak dengan arcapada maupun lokasi lain. Mengapa? mungkin otak saya telah terbawa kedalam cerita para porter bahwa nama Rejeng sebagai penjelas dari Watu (Batu) itu diambil dari sesosok peguasa ghaib di Semeru yang dikenal dengan sebutan "Mbah Rejeng" atau "Eyang Rejeng". Nah, setelah mendengar cerita ini, kesimpulan saya akan taman bunga watu rejeng-pun bertransformasi menjadi sebuah gambaran tentang taman ghaib seperti Taman Rengganis di Argopuro. Namun mas-mas porter yang mengajak saya ngobrol tadi menegaskan bahwa itu taman asli, bukan taman ghaib. Untuk membuktikannya, porter tadi berkata bahwa jalur yang melewati taman bunga waturejeng tadi tembus di belakang pos 4, dan lihatlah di belakang pos 4. Dan iya, di atas (belakang) pos 4 terdapat tanaman-tanaman bunga terutaman adelweis yang sangat rimbun, bahkan mungkin itu yang paling rimbun sepanjang jalur pendakian semeru. Bagi teman-teman yang pernah mendaki semeru akan sepakat dengan hal ini. Namun akhirnya para porterpun berdebat sendiri tentang jalan tembus jalur lama waturejeng, ada yang bilang di belakang pos 4, ada juga yang bilang jalur lama itu bertemu dengan jalur potong lewat ayek-ayek di pangonan cilik (Savana Luas di belakang Ranu Kumbolo). Sudahlah, manapun jalannya, cerita tentang watu rejeng ini sukses membuat saya merinding seetiap kali menceritakannya, kisah ini diperparah dengan pengalaman-pengalaman yang tergolong mistis ketika melewati watu rejeng. Teman saya (Kuncen itu) bercerita, bahwa suatu ketika ia turun dari Kumbolo menuju pane selepas maghrib, skitar pukul 18.00. Dia dan rombongannya berjalan menyusuri jalan setapak dan memang tidak mungkin keluar jalur karena jalur kumbolo-pane hanya 1, sisi kanan jurang tanpa henti, begitupun sisi kirinya, tebing yang tidak putus-putus hingga masuk di kawasan ladang penduduk. Namun setelah melewati pos 3, setelah berjalan kurang lebih 1jam, berarti sekitar pukul 19.00. dia dan rombongan memasuki watu rejeng dan hingga jam 9.30 malam, dia belum menemukan pos 2. Padahal normalnya, dari pos 3 ke pos 2 (turun) tidak lebih dari 1 jam, dan sekitar 2 jam ddari pos 2 ke pos 3 (Naik). Pada wktu normal, selambat-lambatnya, pukul 20.30 dia sudah harus sampai di pos 2. Namun ini over 1 jam!! dan yang lebih aneh, dia belum melewati jalan setapak bekas longsorang khas Watu Rejeng. Akhirnya dia dan tim berhenti sejenak dan berdoa sesuai dengan agama masing-masin, sekitar 30 menit berhenti, mereka melanjutkan perjalan. setalah hampir 1 jam berjalan, mereka tiba di pos 1. Loh, mana pos 2 nya!! itulah misteri yang tidak mungkin dijelaskan.
Saya sendir pernah mengalami kejadian yang membuat merinding sebanyak 2 kali pada sekali jalan. Kejadiannya hampir sama, saya turunn dari kumbolo ke pane selepas maghrib karena terjebak hujan di kumbolo dan ada rombongan yang harus ujian esok paginya. Mau tidak mau kami harus turun malam itu juga. memang perjalanan berjalan lancar dengan memakan waktu sekitar 3 jam, karena kamu berangkat dari kumbolo sekitar pukul 7 dan tiba di pane sekitar pukul 10. Namun sesaat sebelum melewati watu rejeng, saya mecium bau harum melati yang menusuk hidung. Saya hanya diam saja menganggap ini gejala wajar ketika malam hari di hutan. dan jika saya mengungkapkan hal ini, tentu akan mengganggu psikologi rombongan, apalagi ada seorang kawan yang badannya lagi drop karena berjalan di bawah hujan selama 2 ari berturut-turut. Cukup lama sama mencium aroma itu hingga tepat berada dibawah watu rejeng, saya seolah melihat perkampungan denga rumah-rumah bercahaya lilin serta orang-orangnya yang terdiam melihat kami berjalan. Sontak saya langsung memberi peringatan ke rombongan (secara saya yang berjalan paling depan karena yang lain baru pertama ke Semeru dan ini perjalanan keempat saya) untuk fokus saja ke jalan, jangan menoleh ke kanan-kiri. Waktu perjalanan normal, kurang dari sejam kami telah sampai di pos 2, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menghilangkan ketegangan tadi, namun bau wangi itu masih tercium meskipun sudah mulai berkurang tapi masih cenderung kuat. Akhirnya ketika sudah melihat pos 1, bau itu sudah hilang sama sekali. dan kamipun tiba di Pos Ranu Pane dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun.
Itulah watu rejeng, tempat yang paling paling dan paling saya hormati di sepanjang jalur pendakian Semeru. Dan saran saya bagi kawan-kawan yang mendaki Semeru, hindari melewati bawah watu rejeng selepas maghrib. Lebih baik mengantisipasi semua kejadian yang tidak diinginkan.
3. AIR TERJUN DI BAWAH POS 3
Pos 3 / Pos Roboh |
Dan kisah air terjun ini dibenarkan oleh petugas kantor TN-BTS resort ranu pane, Pak Parningotan Sinambela (Ningot) yang sudah belasan tahun berkawan dengan Semeru. Katanya, di bawah pos 3 ada sebuah air terjun yang lumayan besar, tingginya sekitar 10-12M dgn lebar maksimal 1,5M. Air terjun ini bisa diakses dengan berjalan kaki sekitar 45 menit dari pos 3 dengan memilih jalur lurus (Bukan arah kanan yang nanjak, kalo ini mah jalur pendakian) melewati turunan yang curam yang tertutup rumput-rumput liar serta pepohonan. Saya sendiri belum pernah mengunjingi air terjun ini karena kata pak bos (Pak Ningot. -Red) menembus selak belukar dan tidak ada jalan setapak yang terlihat karena tidak pernah dilewati orang. Terakhir kali air terjun ini diakses sekitar tahun 2002 dan sampai saat ini belum lagi ada yang mengunjunginya (Menurut data pak bos).
Jalur ke Air Terjun |
Yup. inilah Semeru, gunung yang sangat misterius dan yang paling saya segani. Dan sorry ya, mitos Arcakembar (Arcapodho) tidak saya angkat di artikel ini karena keberadaannya bukan lagi menjadi misteri dan telah terbongkar oelh beberapa ekspedisi serta sudah terlalu banyak artikel yang membahasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar