eru, gunung yang selalu menarik 
minat para pendaki untuk mencoba menggapainya. Sebagai gunung tertinggi 
di Pulau Jawa, Semeru selalu di banjiri ribuan pendaki setiap tahunnya. 
Sayangnya, karena kepopulerannya, banyak pendaki yang nekat ingin 
mencapai puncak tertinggi di tanah Jawa tersebut tanpa mengindahkan 
keselamatan mereka.
Sering bukan kita mendengar banyak pendaki yang hilang atau meninggal di
 Semeru? Nah, apakah kamu berniat mendaki Semeru yang melegenda 
tersebut? Apabila iya, sebaiknya jangan lakukan hal berikut ini demi 
keselamatanmu.
1. Jangan Percaya Pada Gambaran Pendakian Dalam Film 5 CM
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini jadi pemantik 
meningkat drastisnya angka pendaki Semeru sejak tahun 2012. Menawarkan 
pemandangan Semeru yang penuh gambar langit biru juga lavender, pun 
dibumbui dengan cerita cinta dan persahabatan khas Indonesia membuat 
banyak penonton tersihir untuk turut merasakan pengalaman mendaki 
Semeru. Sayangnya, gambaran yang diberikan oleh film ini keliru!
Apa saja kesalahannya?
1. Pakai Jeans 
Dalam film tersebut, pemain - pemainnya dengan santai mengenakan celana 
jeans sepanjang pendakian. Padahal, jeans adalah bahan yang sebisa 
mungkin dihindari oleh para pendaki. Selain berat, sifat dasar jeans 
yang tidak cepat kering jika terkena air juga bisa membahayakan 
keselamatan. Mengenakan pakaian yang basah selama pendakian bisa 
membuatmu kedinginan, bahkan membuatmu terkena hipotermia.
2. Langsung Ke Kalimati Tanpa Nge -Camp 
Mengaku sebagai pendaki pemula, anehnya kelompok ini kuat sekali 
staminanya. Mereka langsung berjalan ke Kalimati dalam 1 hari, tanpa 
nge - camp dulu di Ranu Kumbolo. Rencana pendakian ini terlalu 
ambisius untuk pendaki pemula. Kalau menuruti rencana pendakian ala 5 CM
 bisa - bisa kakimu bengkak di tengah jalan.
3. Minta Air 1,5 L Di Kalimati Untuk Bekal Mendaki Sampai Puncak 
Persediaan air yang mencukupi harusnya jadi perhatian setiap pendaki. 
Film 5 CM malah menujukkan sebaliknya. Mereka yang sudah digeber 
tenaganya untuk berjalan non - stop dari Ranu Pane ke Kalimati justru 
kehabisan air sebelum etape perjalanan terberat ke puncak dimulai. Hanya
 membawa 1,5 liter air ( yang juga diminta dari sesama pendaki ) untuk 6 
orang adalah hal yang gila.
2. Sampai Ranu Pane Jangan Langsung Mendaki, Istirahatlah Dahulu Untuk Aklimatisasi Tubuh
Ranu Pane adalah titik awal bagi para pendaki yang ingin membawa 
kakinya menjejak tanah tertinggi Pulau Jawa. Di sini, kamu bisa mengisi 
perut dulu dengan hangatnya nasi rames atau Bakso Malang sebelum hanya 
makan makanan instan selama 5 hari ke depan. Di Ranu Pane kamu juga bisa
 beristirahat sejenak demi menyesuaikan kondisi tubuh dengan perubahan 
ketinggian yang drastis.
Jangan terburu - buru mengangkat keril untuk kemudian mendaki. Duduk - duduk dulu di basecamp. Berikan tubuhmu waktu untuk mengalami aklimatisasi. Ini penting, sebab jika tidak bisa - bisa tubuhmu kaget dan malah mengalami mountain sickness nantinya, Tentu kamu nggak mau ‘kan jadi beban untuk anggota tim lain sepanjang pendakian yang tidak ringan?
3. Jangan Memaksakan Diri Kalau Belum Yakin 
Pengelola TNBTS sebenarnya sudah menetapkan batas terakhir pendakian 
yang diizinkan, yaitu Kalimati. Tapi banyak pendaki yang masih gatal 
ingin mencoba pendakian sampai Puncak Jonggring Saloka. Jika ini adalah 
pilihanmu, silahkan. Tapi kamu harus siap menanggung semua dampak dan 
akibat yang mungkin muncul.
Jika memang merasa tidak yakin mampu, ya jangan paksakan dirimu. 
Pencapaian pendaki ‘kan bukan hanya berhasil sampai puncak. Justru 
pencapaian sebesar - besarnya adalah saat kamu bisa pulang dengan selamat.
4. Jangan Malas Membuka Tenda
Perjalanan pendakian Semeru tidaklah ringan. Track terberat 
akan kamu jumpai dalam perjalanan menuju puncak Mahameru, dari Arcopodo.
 Jalur pendakian yang berbatu dan berpasir bisa membuatmu kesulitan 
mengatur langkah. Jalan 5 langkah, merosot 3 langkah — begitu 
berturut - turut. Karena itu penting bagimu mempersiapkan tenaga untuk 
menghadapi etape pendakian paling menantang ini.
Menghemat tenaga jadi kunci penting agar staminamu tidak habis 
sebelum waktunya. Di hari pertama, beristirahatlah dulu di Ranu Kumbolo.
 Buka tendamu, dan menginaplah semalam disana. Keesokan harinya kamu 
bisa melanjutkan perjalanan untuk menuju Kalimati. Istirahatlah dulu di 
Kalimati sebelum tengah malam nanti mulai berjalan ke Arcopodo, untuk 
kemudian menghadapi tanjakan berpasir Mahameru.
5. Makan Dahulu Sebelum Menuju Arcopodo
Perjalanan menuju Arcopodo biasanya dimulai pendaki pada tengah malam. Alasannya tentu agar bisa menikmati sunrise dari
 Puncak Jonggring Saloko dan bisa punya waktu lebih lama untuk menikmati
 keindahan dari tanah tertinggi di Pulau Jawa. Tapi ini juga yang kadang
 jadi masalah. Bangun tengah malam sering membuat kita malas mengisi 
perut — masih mengantuk kok suruh makan?
Padahal, makan amat penting agar kamu tak kelaparan saat trekking ke
 puncak. Jangan malas membuat minuman hangat dan mengganjal perutmu 
dengan roti sebelum mulai berjalan. 
6. Jangan Bawa Keril Menuju Puncak 
Perjalanan ke Mahameru memang tidak didesain untuk membawa keril. Sudut 
kemiringan yang cukup ekstrem bisa membuatmu kehilangan keseimbangan 
kalau ngotot berjalan dengan keril 60 liter di punggung. Maka dari itu, 
tinggalkan kerilmu di dalam tenda saja di Kalimati. Kemas barang - barang 
secukupnya. Cukup bawa air 1,5 liter, cokelat, kurma, dan makanan lain 
yang bisa mengganjal perut sebagai bekal dalam daypack.
7. Siapkan Head Lamp Untuk Trekking Menuju Puncak 
Trek ke puncak Jonggring Saloko harus kamu lalui dalam 
keadaan gelap gulita. Beberapa pendaki memilih menggunakan senter 
sebagai alat penerangan, tapi beberapa diantaranya memilih mengenakan headlamp di kepalanya. Lebih baik gunakan headlamp sebagai alat bantu penerangan selama pendakian.
Kenapa? Trek pendakian yang mengarah ke atas akan lebih mudah diterangi dengan headlamp.
 Kamu tak perlu repot - repot mengangkat senter demi menyoroti jalur 
pendakian yang tak telihat. Tanganmu yang bebas dari kewajiban 
menggenggam senter bisa digunakan untuk meraih batang dan akar pohon 
yang masih bisa sesekali ditemui di trek Kalimati - Arcopodo.
8. Gunakan Masker Dan Kacamata Untuk Melindungi Dari Pasir 
Trek menuju puncak Mahameru didominasi oleh pasir, kerikil, dan batu.
 Karena itu, penting bagimu mempersiapkan pengaman yang bisa membuatmu 
mendaki tanpa gangguan. Kacamata dan masker wajib hukumnya dipakai. 
Tanpa kedua barang ini, kamu harus repot mengucek mata dan menutup mulut
 agar bebas dari gangguan pasir.
Kalau kamu punya asma atau tak kuat pada pekatnya udara yang 
bercampur pasir, basahi dulu maskermu sebelum dipakai agar makin bisa 
menghalau debu.
9. Gunakan Sepatu Gunung Saat Menuju Puncak
Memakai sandal gunung memang tampak nyaman dan lebih ekonomis dari 
segi biaya. Tapi, sandal gunung tidak memenuhi standar keamanan untuk 
mendaki puncak Semeru. Kalau memang mau pakai sandal gunung, boleh….tapi
 hanya sampai di Kalimati saja. Setelahnya, wajib bagimu untuk 
mengenakan sepatu gunung.
Sepatu akan memberikanmu pijakan yang lebih solid di atas pasir dan 
bebatuan. Selain itu, penggunaan sepatu juga bisa memberimu pengalaman 
mendaki yang lebih nyaman. Kerikil dan batu tidak akan masuk ke sandal 
gunungmu dan membuatmu kesulitan berjalan. Kamu bisa fokus pada 
langkahmu, tak harus pusing memikirkan batu dan kerikil yang masuk ke 
alas kakimu tanpa diundang.
10. Silahkan Gunakan Trekking Pole
Penggunaan trekking pole ( tongkat yang didesain khusus untuk
 mendaki ) bisa membantumu dalam pendakian. Trek puncak Mahameru sama 
sekali tidak memiliki vegetasi yang bisa kamu jadikan pegangan. 
Penggunaan trekking pole bisa jadi alternatif agar kamu tak harus susah payah mempertahankan pijakan di tengah trek pasir yang licin.
Kalau enggan mengeluarkan uang untuk beli gear mendaki yang baru, kamu juga bisa menggunakan kayu sebagai trekking pole yang dibikin sendiri.
11. Jangan Main Seluncuran Pasir Saat Turun
Turun dari Puncak Mahameru memang memberikan sensasi tersendiri. Trek
 pasir yang curam terkadang justru dimanfaatkan para pendaki untuk main seluncuran.
 Proses mendaki yang tidak ringan memang perlu dirayakan 
keberhasilannya. Tapi, jangan terlalu asyik berseluncur di pasir tanpa 
memperhatikan titik tempatmu harus turun. Salah - salah kamu bisa tersesat
 ke Blank 75!
Blank 75 adalah adalah jurang yang berada di area kanan jalur turun 
ke Cemoro Tunggal. Terkadang, saking asyiknya berseluncur pendaki jadi 
kehilangan konsentrasi dan lupa memperhatikan lubang - lubang berbahaya di
 sekelilingnya. Ketika seorang pendaki masuk ke area ini, ia bisa 
kehilangan orientasi arah hingga akhirnya tersesat.
12. Jangan Berlama - lama Di Puncak
 Konon, Jonggring Saloko baru mengeluarkan asap beracunnya di atas jam
 9 atau 10 pagi. Namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya tidak 
ada waktu prediksi yang pasti kapan asap beracun dari kawah yang masih 
aktif ini bisa keluar. Maka dari itu, kamu yang sudah sampai Puncak 
Semeru tak usah berlama - lama di sana.
Setelah foto - foto dan menikmati pemandangan yang memang tak ada 
duanya, bergegaslah turun. Masih ada perjalanan pulang yang cukup 
panjang yang menanti. Kaki dan tubuhmu perlu sejenak diistirahatkan. 
Tenda, sleeping bag, dan perbekalan di Kalimati sudah menunggu.
Pnucak Semeru memang magis dan selalu membuat rindu. Tapi, bukan cuma 
puncak-lah yang seharusnya jadi tujuan utamamu dalam mendaki. Puncak 
bukan segalanya, bisa pulang ke rumah dengan selamatlah yang jadi 
pencapaian pendaki sesungguhnya.
Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar