Di sebuah sekolah yang elit dan terkenal, Terlihat seseorang berjalan di lorong-lorong kelas. Dengan memeluk tas dan kacamata besar di pastikan kalau dia itu culun baget. Dia pertama kali ku lihat di sekolah, kemungkinan dia adalah anak baru. Anak itu masuk ke kelas, tanpa berinteraksi oleh satu siswa pun, dia hanya duduk dan diam. Anak-anak yang terbilang nakal di sekolah mencoba membully dia. 2 orang siswa yang memang terkenal dengan kenakalannya. Dono dan jono.
“Hey, Anak culun kamu anak baru ya?” Kata Dono yang menaiki meja anak itu.
Anak itu hanya diam dan menunduk, Lalu dia mengambil buku di tasnya lalu membacanya. Anak itu seakan tidak ingin menghiraukan berandalan yang ada di depannya. Sakti pun geram melihat kelakuan si culun, dia pun mendekati si culun dan meneriakinya di depan telinga anak itu.
“Heh kamu dengar gak? Kamu budek ya?”
Anak itu hanya mengosok-gosok telinganya, Tak ada perlawanan sedikit pun. Anak itu berdiri dan pergi meninggalkan dono dan jono. Mereka berdua semakin kesal dengan ulah anak baru itu dan mengejarnya. Tapi anak itu bersembunyi di samping toilet, membuat kedua preman sekolah itu kebingungan, keduanya pun pergi sambil melewati pagar, kemungkinan mereka membolos sekolah sekalian mencari anak culun yang sudah tenang di tempat persembunyiannya. Aku yang baru menyelesaikan ritualku di toilet melihat anak itu sedang jongkok sambil membaaca buku. Lalu dia melihat dan memberi isyarat kepadaku supaya tidak ribut.
Begitulah awal cerita ini, Anak baru itu bernama Arif Wahyudi. Biasa di sapa arif. Dia adalah murid pindahan dari salah satu sekolah swasta di kota. Dia adalah anak paling pendiam di kelasku. Oh iya aku lupa, aku belum memperkenalkan diri, aku adalah Sandi Ramadan. Aku akan ku ceritakan kisah cintanya yang begitu rumit dan terbilang mencengangkan. Arif adalah orang yang begitu polos, ngirit kata-kata, terus gak mau berbicara dengan orang yang gak dikenalnya. Termasuk guru loh. Wajar saja dia sedikit mempunyai teman. Hanya akulah temannya yang dia punya, dan walaupun terlihat culun, namun dia termasuk berandalan dan aku yakin dia pindah ke sekolah ini karena perkelahian yang di buatnya di sekolah sebelumnya. Maklum saja aku tau semua tentang dirinya, karena dulu dia adalah teman sekolahku sewaktu SD dan kebetulan dia dulu adalah tetanggaku namun saat kelas 3 SMP dia pindah rumah ke tempat lain. Selama aku mengenalnya, aku tak pernah melihat dia tersenyum sekali pun.
Saat kelas 6 SD, Berbeda dengan anak-anak yang lain, yang menghabiskan sore harinya dengan bermain bersama teman-teman sebaya. Arif hanya duduk di depan rumah sambil melihat memikirkan sesuatu. Pikirku mungkin dia sedang memikirkan ibunya, Yang ku dengar dari orang-orang, Ibunya meninggalkan dia saat dia masih bayi dan ayahnya selalu berpergian ke luar kota dan luar negeri, ayahnya pulang hanya untuk memberikan uang untuk keperluan sekolahnya dan dia hanya tinggal berdua dengan seorang pembantunya. Pastinya dia sangat kesepian. Sebagai orang yang prihatin dengan dia. Berkali-kali aku mendatangi namun dia selalu menghidariku. Namun suatu hari aku mendatanginya dan mencoba mengajak dia mengobrol.
“Hai, Namamu siapa?” Tanyaku
Arif hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanku.
“Namaku sandi, Namamu?” Tanyaku lagi
“Arif” Akhirnya arif menjawabku dengan suara yang sangat pelan.
Mendengar dia menjawab pertanyaanku, membuat hatiku begitu senang. Mungkin dia juga merasa kesal padaku yang selalu mendatanginya setiap hari. Tapi aku tidak perduli, kuajak lagi dia mengobrol.
“Apa kamu mau jadi temanku?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Teman?” Mendengar kata teman ku lihat arif tampak bingung, mungkin dia orang yang sangat asing mendengar kata teman itu.
“Iya, Teman. Mau kan?” Kataku sambil merangkul bahunya
Arif sedikit terkejut dengan rangkulan dariku, dia pun tertunduk dan membalas pertanyaanku dengan menggumam. Begitu senangnya aku, akhirnya pertamananku di terima. Saat itu kami akrab, aku menggangap dia sebagai sahabat juga dan aku belum tau apa dia juga anggap aku sebagai sahabatnya juga. Tapi aku ya gak perduli. Aku selalu bermain dengannya berdua, meskipun saat bermain pun dia tidak pernah terlihat senang dan hanya sesekali berbicara tapi aku yakin dengan ini mampu mengikis rasa kesepian yang ada di dalam dirinya.
Saat kelas 3 SMP, Kami berada di satu sekolah yang sama. Kami seperti magnet yang tidak mau lepas, dimana ada aku di situlah ada dia. Dan sekarang dia udah punya banyak kemajuan, yang dulu dia hanya ngomong maksimal 3 kata, sekarang bisa lebih. Hahaha. Yah sayangnya ekspresinya tetap saja datar. Tapi aku masih bertanya-tanya dalam hatiku, apakah dia menggangapku teman atau bukan. Masalah nya dia masih saja selalu bersikap dingin denganku. Tapi suatu ketika, Saat aku dan arif sedang ada di kantin. Aku masih berusaha membuat sahabatku itu setidaknya tersenyum.
“Eh, Rif.. Aku punya tebakan? Kalau kamu hebat kalau bisa jawab. Cemilan itu apa?” Kataku
“Aku tidak tahu” Kata arif
“Cemilan itu cecudah celapan cama cecudah cepuluh.. Hahahahaha” Kataku sambil tertawa sekilas melihat apakah ada perubahan dari ekspresi arif dan ternyata tetap flat, walupun dia tertawa.
“Haha” Arif tertawa dengan datarnya
“Irit banget sih ketawamu rif.. Yang agak panjangan dikit dong” Kata ku
“Ha.. Ha.. Ha” Dengan ekspresi yang sama
“Oh tuhan, bagaimana caranya buat kamu itu ketawa. Minimal senyumlah.. Emh.. Gimana kalo kamu aja yang kasih aku tebakan?”
“Tidak”
“Loh kenapa?”
“Pasti garing”
“Aaahh.. Kamu itu pasti lucu, leluconmu pasti bikin ketawa. Ayo rif, Ayo.” Sambil merayu
“Ufo kalau di balik jadi apa?”
“Apa ya aku gak tau.. Apa? Apa?” Kataku penasaran
“Ofu”
“Bener-bener garing” Kataku dalam hati, tapi aku tidak ingin mengecewakan usaha dari arif. Aku pun tertawa terpingkal-pingkal walaupun sedikit memaksa. Lalu seorang siswa datang dan menjambak rambutku.
“Heh.. Bisa diam gak? Aku itu lagi makan tau gak. Ketawamu itu bikin aku jadi malas makan.” Kata seorang siswa yang bernama Andi. Dia terbilang nakal di sekolah.
“Lepasin” Kata Arif dengan suara pelan
“Apa” Kata andi sambil memasang kupingnya di depan arif
“Lepasin temanku, Monyet!” Teriak arif sekaligus mendorong andi sampai andi tersungkur di bawah meja makan.
Aku pun terkejut dengan sikap yang di tunjukan arif, “Arif membelaku?” tanyaku dalam hati.
“Kenapa?” Kataku dengan ketidapercayaanku terhadap apa yang terjadi
“Karena kamu temanku, Bila seorang teman disakiti, Maka teman yang melihatnya pun akan merasakan sakitnya. Kamu satu-satunya temanku. Aku tidak mau ada yang nyakitin kamu” Kata Arif dengan wajah serius
“Ha.. Sok cool” Kataku sambil tersenyum
Andi pun bangkit, dan terjadilah keributan di kantin. Perkelahian pun tak terelakan. Dan arif memenangkan duel itu. Tapi inilah sebab arif pindah rumah. Andi adalah anak dari kepala sekolah, arif pun di keluarkan dari sekolah dan pindah ke sekolah lain, Ayahnya yang tau kejadian itu langsung men-cap aku sebagai pengaruh buruk untuk arif. Ayahnya pun memutuskan untuk pindah rumah agar menjauhkanku dari arif.
Dan saat SMA kami pun bertemu lagi, yah walaupun ekspresi datarnya itu sampai SMA gak berubah, tapi aku yakin bisa merubah beban berat yang ada di pikirannya itu menjadi ringan, dan mengubah mendung di hatinya menjadi cahaya yang indah mengusir kegelapan yang selalu membelenggunya.
Saat aku melihat arif pertama kalinya di sekolahku, aku benar-benar terkejut. Tapi jujur saja aku senang, karena aku bertemu dengan sahabat lamaku.
“Kamu ngapain disini rif?”
“Aku sekarang pindah ke sekolah ini”
“Dasar, Ekspresimu gak ada perubahan sama sekali, hahaha. Eh tapi, kenapa kamu sembunyi di samping toilet gini?” Tanyaku yang agak heran
“Aku pengen ngasap” Arif mengeluarkan sebatang rok*k dan koreknya
“Eh.. Jangan disini.. Di dalam toilet aja sana? Ntar aku jagain..” Kataku sambil menarik tangan si arif dan menyuruhnya masuk ke dalam toilet.
“Kamu tidak ikut?”
“Oke deh” Aku pun masuk ke dalam toilet.
“Kok kamu pindah sekolah disini rif?” Tanyaku
“Aku melihat kamu masuk sekolah disini seminggu yang lalu, Maka dari itulah aku pindah sekolah” Kata arif dengan datarnya sambil buang air kecil
“Kok gitu?” Tanyaku yang bingung
“Karena kamu temanku, Itu saja” Kata arif
Aku tersenyum mendengar kata-kata arif barusan, ruangan toilet pun mulai pengap, tak tahan dengan asap yang mengepul, arif ingin membuka pintu toilet. Tak sengaja aku menjatuhkan korek arif lalu aku jongkok di depan arif. Tak diduga saat membuka pintu ada cowok yang melihat kami. Dan sialnya arif lupa menutup resletingnya. Dan tepat di depan resletingnya ada wajahku. Sontak cowok yang melihat kami merasa shock. Aku pun mengelak dengan kata cowok yang melihat kami itu yang mengatakan kami itu h*mo. Aku dan arif pun kabur dari toilet itu.
Setelah 3 bulan bersekolah, Aku mengajak arif dengan kegiatanku di luar sepulang sekolah. Yang pertama aku mengajaknya makan es kajang ijo di samping sekolah. Memang setiap kali pulang sekolah, aku selalu nongkrong di sini. Ngadem sekalian menunggu matahari meredam amarahnya terhadap bumi. Cieh, bahasaku. Aku dan bernostalgia dengan arif, Aku bercerita panjang lebar tentang kesenangan di masa lalu. Karena kami sudah menginjak remaja, maka aku bertanya dengan dia tentang hal umum yang sering dialami para remaja, Cinta-cintaan.
“Eh rif, Kamu udah punya pacar belum?”
“Pacar?”
“Iya, Pacar. Kayak pasangan gitu”
“Pasangan?”
“Rif kamu itu dari planet apa sih? Masa pacar aja gak tau.. Purba banget”
“Aku tidak tau apa-apa”
“Pernah jatuh cinta?”
“Jatuh cinta?”
“Iya, Jatuh cinta, Sesuatu yang membuat kamu fokus pada satu titik dan seakan berada di surga”
“Oh. Tidak pernah”
“Hadeh. Susah banget nanya sama kamu itu, Oia. Malam nanti jalan yok?”
“Kemana?”
“Udah kamu ngikut aja, Lama kita gak jalan bareng. Ntar ngumpul disini aja. Oke.”
“Iya”
Malam pun tiba, Aku dan arif pun berjalan ke sebuah rumah di pinggiran kota. Kebetulan ada temanku yang lagi manggung di sana. Namanya Rizky fitriani, Panggilannya kiki. Dia satu sekolah denganku, tapi beda kelas, Dia kelas 3 IPA 1 dan aku IPS 1. Kami akrab karena dulunya saat kelas 1 kami satu kelas dan duduk bersebelahan. Walaupun beda kelas, kami selalu bersama di sekolah, kadang jalan bareng. Setiap bertemu dengannya aku selalu memberikannya coklat. Kiki suka banget dengat coklat, Pernah sekali aku tidak membawakannya coklat, kiki menjadi merajuk. Aku menghampiri kiki yang sedang duduk sambil mencari lirik lagu dengan tabnya. Aku menutup mata kiki dari belakang.
“Dari baunya, Pasti uyus kan” Kata kiki
“Kejamnya eh, kok dari baunya sih” Kataku melepas tanganku dari mata kiki. Kiki berbalik lalu tertawa.
“Iya, abisnya baumu itu aneh sih. Udah mandi belon?”
“Udah lah”
“Pasti sendirian, Dasar jomblo”
“Gak kok, Aku bawa temanku. Tuh dia di situ” Aku menunjuk arif yang bersender di tembok sambil mengisap r*kok.
“Oh, Sekarang homo”
“Sembarangan, Ku kasih bulu ketekku baru tau rasa”
“Hahaha. Becanda. Oia, Mana coklatku?”
“Gak bawa”
“Ih, Kok gitu, oke fine, kita musuh”
“Hahaha, becanda doang, nih” Mengeluarkan coklat dari kantong baju.
Saat kiki hendak mengambil coklatnya aku menarik kembali coklat itu.Kiki sedikit ngambek. Aku pun tertawa lalu memberikan coklat itu kepada kiki. Aku memanggil arif yang sedang asyik melamun untuk duduk bersama untuk melihat penampilan kiki. Suara merdu dari membuat tepuk tangan penonton begitu kencang terdengar. Saat aku memalingkan perhatianku tehadap kiki, aku melihat arif tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihat arif tersenyum. Sungguh pemandangan yang langka dari arif. Dan aku yakin banget kalau arif jatuh cinta dengan kiki.
“Cieee, senyum.. Jatuh cinta nih ye?”
“Tidak”
“Aaaahh gak usah bo’ong tadi itu kamu senyum tuh ngeliat si kiki nyanyi, ngomong aja deh, jangan di sembunyiin. Kalau kamu suka sama dia ngomong sama aku, ntar ku comblangin deh”
“Tidak”
“Hadeh, ya udah deh kalau gitu”
Waktu telah menunjukan jam 11 malam, aku masih mendengarkan suara merdu dari kiki. Tak lama kemudian aku mendapat sms dari ibuku, biasalah seorang ibu, pasti khawatir kalau terjadi apa-apa sama anaknya. Jadi aku disuruh pulang dengan ibu ku. Aku pun pamit kepada kiki yang masih ada di atas panggung. Kiki tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Sepanjang perjalanan pulang, aku sudah membulatkan tekadku, aku berniat untuk menjodohkan arif dengan kiki, Karena aku yakin, senyum itu bukanlah sebuah kebetulan, arif pasti jatuh cinta kepada kiki, karena yang ku tau, cinta dapat mengusir setiap kesedihan di masa lalu.
Keesokan harinya arif mengajakku ke rumahnya, Layaknya dulu kami bermain Playstation bersama. Namun saat itu ayah arif sedang ada di rumah, Saat ayahnya melihatku, ayahnya pun langsung mengusirku.
“Sedang apa kamu disini, Pulang, Jangan dekati anakku! Kamu itu pengaruh buruk bagi dirinya” Kata ayahnya arif. Ayah arif pun menarik tubuhku dengan penuh emosi, namun arif menghalangi dan menahan tubuh ayahnya dengan tangan kanannya. Ayah arif terkejut melihat anaknya berbuat seperti itu. Ayahnya melepaskan cengkramannya dari tubuhku.
“Kenapa kamu membelanya anakku, Dia itu yang bikin kamu nakal, Sebaiknya kamu menjauh darinya dan bermain lah dengan anak yang lebih baik” Kata ayah arif
“Tidak” Kata arif dengan nada pelan sambil menundukan kepala
“Kenapa anakku? Kenapa kau melawanku? Padahal ayah sudah memberikan semua yang kamu mau” Kata ayahnya arif sambil mengelus kepala arif
“Tidak, Ayah tidak pernah memberikan apa-apa” Arif mengelak tangan ayahnya
“Apa yang tidak pernah ayah berikan anakku?”
Arif mengangkat kepalanya dan berkata dengan sorot mata yang tajam kepada ayahnya.
“Waktu”
Arif pun menarik lenganku, dan mengajakku ke kamarnya. Arif mengabaikan ayahnya yang memanggil-manggil namanya. Di dalam kamar arif, yang terdengar hanya keheningan. Tak ada satu pun yang keluar dari mulut arif maupun diriku. Aku hanya duduk melihat arif dengan wajah emosi melihat keluar jendelanya. Tak diduga arif berkata
“San, Apakah cinta mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan?”
Aku sedikit terkejut dengan perkataan arif, Aku hanya mengatakan “iya” kepadanya.
“Kalau begitu ajari aku untuk mendapatkan cinta itu, Aku ingin menghilangkan kesedihan ini”
“ya”
Arif sepertinya harus diajari mengenai cara-cara mendekati cewek dari awal sekali. Maklum saja dia itu kayak manusia primitif yang baru pertama kali ke kota. Dengan sabar aku mengajari arif dngan segala kemampuan yang aku punya. Dengan setelan tentara aku mengajari arif tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan cinta.
“Oke.. Kita mulai dengan pelajaran untuk mendapakan cewk.. Yang pertama adalah perkenalan. Ini adalah yang urgent, Jika ini gagal, Semua akan berakhir sebelum di mulai.. Jadi saat berkenalan sama cewek usahakan jangan gugup, santai aja tapi pasti.. Oke.. Kita coba dulu ya.. Anggap aja aku kiki.. percobaan pertama… 1.. 2.. 3..”
“Aku harus mengatakan apa?”
“Katakan Hay terus kamu bilang kembangkan sendiri.. Ayok percobaan kedua.. 1.. 2.. 3. ”
“Hay terus kamu bilang kembangkan sendiri” Kata arif mengikuti omonganku
“Jangan ulangi kata-kataku”
“Jangan ulangi kata-kataku” Arif mengikuti omonganku lagi
Untuk mempersingkat waktu mari kita lihat PERCOBAAN KE 27
“Anu jangan ikut-ikutan aku dong” kataku kelelahan
“Anu jangan ikut-ikutan aku dong” Kata arif yang masih mengikuti
“Aaaaggkkkhhh” Sambil memegang kepala
Aku memalingkan pandanganku, Lalu dalam hati aku berkata “Kalo gini terus bisa-bisa bunuh diri aku, Kuatkan mentalmu san, kamu pasti bisa” Aku pun melihat kembali si arif, namun yang ku lihat bukannya arif, tapi robot. Aku langsung kaget melihat itu, Ku usut-usut mataku. Tapi bukannya berubah jadi normal, Arif malah berubah menjadi manusia purba. Aku menepuk pipiku agar menyadarkan dari khayalanku.
“Sandi, Kita masih latihan kan?” Tanya arif sekaligus menyadarkanku dari khayalan ku yang terlalu berlebihan.
“Masih.. Masih.. Ayo kita lanjut lagi.. Eee.. Sampai mana kita tadi?” Tanyaku yang seketika lupa
“Sampai jangan ulangi kata-kataku”
“Oia.. hha.. Oke gini rif.. Katakan aja Hay, boleh kenalan gak? Namaku arif, Namamu siapa?. Gitu ya, Sip.. Oke di coba ya.. Percobaan ke 4”
“Ke 28” potong arif
“Oia lupa, Oke percobaan ke 28, 1.. 2.. 3”
“Hay, boleh kenalan gak? Namaku arif, Namamu siapa?” Dengan ekspresi datar
“Aduh ekspresimu rif, ubah bisa gak. Setidaknya sambil senyumlah atau cool itu udah, Oia hampir lupa kamu juga harus natap mata cewek dalam-dalam biar terlihat perkenalan ini bukan untuk menjadi sekedar teman. Oke. Ngerti?”
“Ngerti”
“Coba lagi yok, Percobaan ke 29, 1.. 2.. 3”
Arif dengan cepat memasang wajahnya di depan wajahku, jaraknya hanya 10 cm dari wajahku. Lalu dia mengatakan kata-kata yang ku ajari dengan senyum yang agak memaksa.
“Oke.. Sedikit menjijikkan, tapi bagusnya gak usah ketemu langsung, kenalan lewat smsm aja.. ni nomornya kiki. Sms sekarang gih klo gak telpon, Oia jangan bilang kalo kamu dapat nomor dari aku.”
Arif memilih untuk menelpon, Dan untungnya kiki mengangkat telponnya. Ku isyaratkan arif untuk loudspeaker hapenya supaya aku bisa mendengarnya juga.
Kiki: Hallo
Arif: Ha..llo (gugup)
Kiki: Ini siapa?
Arif: A..ku A..rif.
Melihat kegugupan arif, aku mengisyaratkan sesuatau pada arif, tapi arif kebingungan, aku pun mengabil kertas lalu menuliskan apa yang harus di ucapkan.
Arif: Ini siapa?
Kiki: Aku kiki, dapat nomorku dari siapa?
Aku menulis lagi, dan menunjukan ke arif.
Arif: Aku asal pencet aja tadi, gak taunya nyambung
Kiki: Oh gitu
Aku mengangukkan kepalaku seakan percaya dengan arif, aku pun menulis lagi dan meninggalkan kata-kata itu di samping arif, sambil aku mengambil air minum yang ku taruh di atas meja. Sangking yakinnya aku dengan arif aku memasang headset untuk mendengarkan lagu.
Arif: Kamu sekolah dimana?
Kiki: SMA 1, Kamu?
Arif: Aku di SMA 1
Kiki: Loh sama dong.. Kamu kelas berapa?
Arif: Aku IPS 1
Kiki: Oh jadi kamu kenal sama sandi dong?
Arif: Iya, Dia temanku.
Kiki: Jadi kamu dapat nomorku dari sandi?
Arif: Iya
Kiki: Mana sandinya?
Arif: Sandinya di sebelahku
Arif memanggilku dan menyerahkan hapenya kepadaku. Aku yang gak tau apa-apa menjawab telpon itu.
Sandi: Halo (dengan nada santai)
Kiki: Uyus. Kamu kok nyebarin nomorku ke orang
Aku yang kaget langsung reflek menutup telponnya, aku jadi panik banget, aku mengirim sms kepada kiki.
Sandi: Eh maaf, Abisnya temanku itu pengen banget kenal sama kamu
Selang berapa menit setelah ku kirim sms itu, kiki pun membalas smsku
Kiki: Oke aku maafin, tapi sebagai gantinya, kamu harus belikan aku coklat.. oke..
Yah begitulah akhir dari perkenalan arif dan kiki, Bener-bener di luar dugaan. Misi perkenalan gagal.
Oke.., kita lanjut ke tahap selanjutnya yaitu penampilan, Penampilan ini juga penting, soalnya yang dilihat cewek dari kita itu penampilan luar. Kebanyakan cewek suka orang yang rapi. Oke sekarang saatnya make over!!”
Aku membawa arif ke salon di dekat rumahku. Salon itu adalah salon langganan keluargaku, tapi yang buat gak betah itu Cuma tukang cukurnya itu loh. Lelaki botak berbadan kekar, tegap, dan perkasa. Tapi kalau sudah ketemu cowk langsung deh ngondeknya maksimal.
“Eh, Sandi.. Mau potong rambut ya? Potong rambut yang di atas atau yang di bawah? Hahahaha..” Katanya sambil ngupil
“Hahaha.. Bukan, Ini temenku mau make over nih, Bisa kan mas?” Kata yang sedikit jijik
“Eh kok mas sih, panggil aja abi”
“bisa kan abi?” kataku sedikit maksa
Lelaki itu melihat arif yang gaya busananya kayak orang tahun 70an dengan detail, dari bawah sampai ke atas “Ah.. itu masalah gampang, serahin aja ma abi.. abi bakal sulap nih cowok, ayuk cus”
Lelaki itu menarik tangan arif dan menuju ke ruangan tertutup, Dengan tertawa ala penjahat lelaki itu menutup pintu ruangannya. Suara-suara aneh pun terdengar, ada suara gergaji mesin, ada suara palu, ada suara bom, dan juga suara jeritan-jeritan.
30 menit berlalu Arif pun keluar mengeluarkan cahaya yang begitu menyilaukan, Arif benar-benar berubah drastis. Dia terlihat lebih baik daripada sebelumnya. Aku pun langsung mengirim sms kepada kiki untuk menungguku besok pagi di depan kelasku.
Keesokan harinya aku dan arif berjalan berbarengan ke sekolah, Wanita-wanita yang melihat arif semua pada pingsan, dari ibu-ibu, Anak-anak SD, sampai Om-om juga terpesona dengan penampilan arif yang baru. Saat masuk ke sekolah mata semua orang tertuju pada arif. Yang melihat pada shock, sekali arif berkedip 500 siswa semua pada pingsan. Begitu luar biasanya arif saat itu, benar-benar perubahan 360 Persen dari yang sebelumnya. Rambut klimis, Cara berpakaian rapi, Dan dia lepas kacamata. Persis kayak artis deh.
Berharap kiki melihat perubahan drastis dari arif, ternyata dia gak masuk sekolah karena sakit. Dan rencan membuat kejutan hari gatot alias gagal total. Tapi selang berapa hari, Kami pun menjalankan misi yang diberi nama “I) 4p3t1I/I I-I4t! 1< !1
Aku merangkak di padang pasir sambil membawa senjata dan arif mengintai keadaan di sekitar dengan teropongnya.
“Arif bagaimana? Apa kamu sudah menemukan targetnya?”
“Sudah, Sekarang dia berada di jam 3”
“Ini masih jam 10 rif, Jangan bercanda” Kataku sambil melihat jam
“Bukan, Maksud saya dia ada tepat di sebelah kanan kita”
NGEEEEETTTT
“Ngapain kalian di sini?” Kata kiki yang bingung dengan kebodohan yang kami buat.
Aku bingung mau berkata apa. Kiki menatap dengan mata penasaran.
“Anu, Ini liat penampilan arif.. Gimana?” Kataku yang agak panik
“Biasa aja, Oia mana coklatku yus? Bayaran buat kamu yang gak jengukin aku sakit” Kata kiki
“Iya deh, Pulang sekolah yah..”
“Okey, Janji ya.. Aku ke kelas dulu ya.. daaahhh”
Kiki pun pergi, Aku menghela nafas melepas kepanikan ku tadi, lalu aku melihat arif berubah menjadi batu, dan di atas kepalanya ada tulisan AKU GUGUP.
Dan begitulah akhir dari misi kami, ternyata gagal total.. ternyata kiki gak terpengaruh sedikitpun dengan penampilan arif. Kegagalan kedua..
Tapi ternyata 2 pelajaran yang ku kira kegagalan itu adalah sebuah jalan, 2 minggu kemudian Kiki dan arif mulai akrab, mereka mulai lancar smsan. Begitu bahagianya aku sebagai guru cintanya arif.
Dan inilah pelajaran terakhir yang akan ku berikan kepada arif, Yaitu Ngedate plus penembakan.
Sebagai anak kelas 3 SMA kami harus membagi waktu antara belajar dan bermain, apalagi masalah cinta-cintaan begini. Belum lagi kami akan menghadapi ujian nasional 2 bulan ke depan. Maka dari itu misi ini harus dijalankan secepatnya biar gak terganggu sama persiapan ujian nanti.
“Oke rif, Ini adalah misi terakhir. Ngedate”
“Ngedate itu apa?”
“Ngedate itu jalan berdua, Nah tahap ini kamu harus mengeluarkan seluruh kemampuanmu untuk memikat hati wanita tersebut”
“Baiklah”
Arif pun mengajak jalan kiki lewat sms, kebetulan juga kiki lagi kenuh juga belajar, kiki pun meng-iyakan ajakan arif . Bener-bener waktu yang pas.
“Nanti aku sms apa aja yang harus kamu lakukan rif, Siap!”
“Siap!”
Sore hari di hari sabtu, arif menunggu kiki di depan sebuah mall, dan aku bersembunyi di balik pohon yang jaraknya cukup jauh dari tempat arif menunggu sambil mengontrol arif dengan teropong. Kiki pun datang sambil tersenyum menyapa arif, ku lihat arif begitu tegang melihat kiki. Aku pun mengirim sms ke arif “Jangan Gugup”. Arif mengatur nafas supaya kegugupannya hilang,
“Kita mau kemana?” Kata kiki
“Emm.. Non.. non.. ton..” Kata arif terbata-bata
“Aih.. gak usah gugup kali, santai aja.. Kalo mau nonton ayok gih” Kata kiki sabil melangkahkan kakinya masuk ke dalam mall, Arif masih terpaku di tepatnya berdiri, Kiki pun berbalik, lalu memanggil arif.
“Arif.. Ayok..”
“Oh.. Iya”
Kiki dan arif pun langsung menuju ke lantai 4 dimana disanalah tempat bioskop itu berada, Aku pun gak mau ketinggalan, dengan memakai topi dan kacamata hitam sebagai penyamaran aku mengikuti mereka berdua. Setelah menonton bioskop mereka berdua berjalan-jalan di taman yang tidak jauh dari mall tersebut. Tak ada pembicaraan sama sekali selama perjalanan, Aku pun mengirim sms kepada arif “Ajak ngomong, tanya aja kita mau kemana, kalo dia nanya balik, bilang aja bagaimana kalau kita makan batagor, mau gak?”
Arif pun langsung menjalankan perintahku, arif mengatakan apa yang ku tulis kan di sms dan kiki menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Dan saat makan batagor, lagi-lagi suasana hening pun yang terlihat, aku kirim lagi sms ke arif “Jangan diam aja, Ajak ngomong, kalo Mau rayu aja”. Arif pun merayu kiki.
“Emmmm.. Rambutmu bagus?”
“Oh.. Makasih”
Setelah percakapan itu mereka kembali diam, sama sekali tidak ada yang bicara. Tiba-tiba hapeku berbunyi, dan ku lihat satu pesan masuk, ketika ku buka ternyata itu sms dari kiki. Dia menulis “Sampai kapan kamu mau sembunyi terus”. Aku terkejut dengan sms dari kiki, aku seketika panik, aku bingung mau menjawab apa. Lalu pesan masuk lagi, yang isinya “Besok malam temui aku di pinggir jembatan, aku tunggu”. Setelah dia mengirim sms itu, Kiki berpamitan dengan arif, lalu pulang. Kelihatannya misi kali ini gagal lagi, aku berharap ada keajaiban dengan hubungan arif dan kiki setelah ini.
Keesokan harinya, kiki menungguku di pinggir jembatan. Aku berjalan menghampiri kiki yang sedang menghadap ke arah sungai. Aku menghalangi pandangan kiki dengan coklat yang sudah ku persiapkan. Kiki tersenyum dan mengambil coklat pemberianku lalu kiki kembali melihat sungai yang mengalir deras di bawah jembatan. Sebenarnya dalam hatiku ada ketakutan yang tersembunyi, apakah kiki akan marah denganku karena aku memata-matai acara ngedate dengan arif kemaren. Namun aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Oia, Kenapa tiba-tiba manggil kesini?”
“Kamu tau gak gimana jadinya jika seseorang yang terlalu menyimpan perasaannya di dalam hati?”
“Cieee.. sok puitis..” Kataku sedkit bercanda
“Perasaan itu kelama-lamaan akan membusuk dan menjadi penyakit di dalam hati”
“Kayaknya serius nih.. hahaha” Kataku sambil tertawa
“Namun bagaimana jika orang itu gak mau mengungkapkan perasaannya karena takut orang itu akan menjadi orang yang berbeda dari yang dia kenal sebelumnya”
“Ya, aku gak tau?”
“Dan bagaimana jika aku menyukaimu?”
Begitu kagetnya aku mendengar kata-kata dari kiki, Mulutku seakan terkunci, aku gak mampu mengatakan apa-apa, dan aku bingung ingin menjawab apa.
“Sudah, Ku duga.. Kamu gak akan menjawabnya” kata kiki sambil tersenyum dengan air mata yang perlahan turun bahasi pipinya.
“Kamu kenapa ki?” Kataku yang ingin menghapuskan air mata kiki dari pipinya, Kiki mengelak tangankku yang ingin menyentuh pipinya. Kiki pun berlari pergi meninggalkan aku yang bingung apa yang sebenarnya terjadi.
Kejadian itu membuatku berfikir keras, sampai-sampai aku tidak bisa tidur di rumah. Dan memang sebenarnya di dalam hatiku aku menyukai kiki sejak kelas satu, aku tidak mengungkapkannya karena takut jika ketika aku mengungkapkannya, persahabatan yang ku jalin dengan kiki akan rusak, Terlebih lagi aku menjadi begitu bimbang saat arif jatuh cinta kepada kiki. Karena aku gak mau kehilangan dua-duanya maka aku harus mengorbankan perasaanku, membiarkan arif mendekati kiki dan mendukung arif untuk mendapat kebahagiaan yang diimpikannya.
Dan setelah malam itu, aku agak menjauh dengan mereka berdua, kiki dan arif. Bahkan aku sengaja menghindari mereka berdua, aku juga bingung apa yang aku lakukkan tapi hati benar-benar merasa berdosa besar, di satu sisi aku membohongi perasaanku, dan di satu sisi aku menghianati sahabatku. Sikapku terus berlanjut sampai selesai ujian nasional.
Setiap sekolah pasti akan mengadakan malam perpisahaan, dimana malam itu akan menjadi malam yang akan dikenang oleh siswa-siswanya. Aku yang iseng-iseng ingin berjalan-jalan di lorong kelas seketika langsung bersembunyi melihat dua orang sedang duduk di samping kelasku, dan ternyata dua orang itu adalah arif dan kiki. dari kejauhan ku lihat kiki melihat kiki memeluk arif. Aku pun bersender di tembok sambil tersenyum walaupun aku juga meneteskan air mata. Rasa senang dan sedih bercampur menjadi satu.
Tak terasa kami pun lulus SMA, Anak-anak yang sudah lulus hari diwajibkan untuk mengambil ijazah. Namun bukan ijazah yang membuatku datang ke sekolah, Namun aku yang akan melanjutakan kuliah di luar negeri ingin mengucapkan selamat tinggal kepada kedua sahabatku kiki dan arif. Aku mencari-cari kiki dan arif di seluruh penjuru sekolah. Aku ingin memberikan coklat kepada kiki sebagai kenang-kenangan. Namun pencarianku sia-sia. Aku yang lelah mencari mereka pun beristirahat di depan kelas lamaku, saat aku meluruskan kakiku, kaki seseorang tersandung kakiku, sontak aku yang terkejut langsung mengatakan maaf, Tapi orang itu langsung mencengkram bajuku, Orang itu adalah dono, Premannya sekolahan.
“Oh, kamu cari gara-gara ya?” kata dono, selang beberapa detik jono pun muncul dan memukul-mukul pipiku.
“Heh, Kamu apain temanku hah!” Kata jono
“Maaf.. Maaf.. Aku gak sengaja” Kataku
“Udah sikat aja, don” kata jono
Dono seperti tak menerima maafku, Dono pun mengambil ancang-ancang untuk memukulku dengan tangannya, Tapi seseorang datang menahan tangan dono, dia adalah arif.
“Arif” Kataku yang kaget
“Kamu itu susah banget dicari ya” Kata arif sambil tersenyum
Jono yang marah melihat pukulan dono di tahan dengan arif, Langsung melayangkan pukulan kepada arif, Arif tak menghidar sedikit pun, arif menerima pukulan jono yang telak mengenai pipi arif dan tersungkur di lantai.
“Cuma segitu pukulanmu ya, Kayak pukulan anak bayi tau gak” Kata arif yang bangkit sambil membersihkan celananya yang kotor karena kotor
Dono dan jono semakin kesal, mereka berdua pun menyerang arif secara bersamaan, Arif mengepalkan kedua tangannya dan memukul bagian perut dari dono dan jono. Jono dan dono tersungkur kesakitan. Arif tersenyum kecil lalu berkata.
“Aku sudah tau dari awal kalau kamu menyukai kiki, tapi untuk melihat aku bahagia, kamu merelakan kebahagiaanmu untuk orang lain, itu bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaanku saat ini adalah mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, dan satu lagi aku bahagia sekarang ayahku sudah memperhatikan aku, benar-benar kebahagian yang tak terduga bukan?”
Aku hanya tersenyum kecil mendengar ucapan dari arif.
“Jadi apa yang kamu tunggu? Apa kamu hanya ingin berdiam disini seperti pecundang kawan, Jika kamu memang menyukainya, datangi dia layaknya laki-laki” kata arif
“Tapi kan kamu dan kiki? Dan malam itu?”
“Malam itu.. Dia hanya menceritakan isi hati yang sebenarnya padaku. Dan apa aku setega itu mengambil pujaan hati sahabatku sendiri, Datangilah dia sebelum dia pergi. Hari ini adalah panggung terakhirnya. Cepat kamu kesana”
“Tapi..”
“Cepaaaaat!” Teriak Arif kepadaku.
Aku langsung berlari ketika arif berteriak kepadaku, Sekuat tenaga aku berlari ke cafe tempat kiki biasa manggung.
Sesampainya disana aku melihat kiki yang sedang duduk di atas panggung. Aku mengeluarkan coklat sambil tersenyum. Kiki pun membalas senyumanku lalu berkata.
“Yah lagu berikutnya.. Naff – Akhirnya ku menemukanmu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar