Sejarah Roti
Hampir semua orang mengenal roti sebagai sajian yang memiliki varian isi. Cara pembuatannya yang mudah membuat makanan ini banyak dikonsumsi orang. Kenali lebih dekat mengenai sejarah perkembangan roti yang terbuat dari bahan terigu, yeast, lemak, gula dan garam yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Tahukah Anda, cikal bakal roti berasal dari bangsa Mesir Kuno? Pada saat itu roti diolah dengan bahan dan cara yang masih sederhana, sehingga bentuk dan rasanya belum sesempurna sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk dan cita rasa roti semakin beragam. Pada abad pertengahan, evolusi roti telah mencapai puncaknya, terutama di Benua Eropa. Pada saat itu cita rasa roti sudah sama seperti yang kita temukan saat ini, begitu juga dengan bentuk dan variasinya.
Roti adalah salah satu makanan tertua di dunia. Sejarah roti yang panjang konon berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Roti ditemukan saat mereka mencari cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga membentuk pasta. Pasta yang dimasak di atas api kemudian mengeras dan dapat disimpan beberapa hari.
Teknik paling dasar membuat roti seperti ini masih digunakan dibeberapa negara walau perkembangan teknik dan jenis roti modern semakin beragam. Sebut saja Tortila Mexico, Roti Canai India, Pitabread di Timur Tengah dan lain-lain. Roti-roti semacam ini dikenal lebih dengan nama istilah roti datar.
Sementara ragi roti ditemukan saat orang-orang Mesir menyimpan sedikit adonan dari hari sebelumnya dan ditambahkan pada adonan yang baru. Kemudian dikembangkan pula jenis gandum yang baru yang memungkinkan terciptanya jenis roti yang baru.
Dari Mesir inilah bangsa Yunani mengambil teknologi pembuatan roti. Teknologi yang kemudian menyebar di seluruh Eropa dan menjadikan roti sebagai makanan yang dianggap penting oleh masyarakatnya. Di Roma, roti dan gandum lebih penting ketimbang daging.
Di masa ribuan tahun silam, manusia hidup mengembara. Untuk kebutuhan makan mereka peroleh dari berburu dan memakan apa saja yang bisa dimakan. Dari bulir gandum yang tadinya dimakan begitu saja akhirnya mereka tumbuk dan beri air supaya lembek. Adonan itu mereka jemur sampai kering, lalu kemudian ada juga yang membakar gandum itu di atas batu yang dipanaskan dengan api.
Sekitar 4.600 tahun yang lalu, di Mesir ada orang lupa mengeringkan adonan tepung. Adonan itu meragi. Setelah dibakar, rasanya lebih empuk dan lebih enak, Sejak itu, mereka sengaja meragikan dulu adonan tepung supaya mengembang.
Roti masa itu belum seempuk dan seenak sekarang. Membuatnya pun menjijikkan. Di mana tepung, air dan adonan ragi dicampur lalu diinjak-injak oleh para budak. Namun roti tidak lagi dibakar di api terbuka, tetapi di dalam tungku primitif berbentuk kerucut. Masa itu para pekerja Mesir bukan di upah dengan uang, tetapi dengan roti. Sampai sekarang dalam bahasa Inggris pencari nafkah disebut breadwinner yaitu orang yang berjuang untuk mendapat sekerat roti. Kata ’Roti’ sering dipakai untuk menggantikan kata ’rezeki’. Sampai sekarang, roti tradisional di Timur Tengah, India dan Afrika bentuknya masih pipih. Sampai akhirnya roti kemudian menjadi makanan pokok di berbagai bagian dunia.
Di zaman dahulu warna roti membedakan ‘kelas’ dalam masyarakat. Semakin gelap warna roti yang dikonsumsi maka semakin rendah satus sosialnya. Hal ini dikarenakan tepung putih yang mahal. Tetapi zaman sekarang roti berwarna gelap justru lebih mahal karena rasanya yang lebih enak dan kandungan gizinya lebih tinggi.
Pembuatan roti terus berkembang. Kita mengenal berbagai macam bentuk dan rasa roti. Di Indonesia kita biasa makan roti tawar yang empuk, berwarna putih, berbentuk kotak dan kulitnya tipis. Orang Perancis lebih menyukai roti panjang dan langsing seperti tabung, kulitnya tebal tetapi di dalamnya empuk. Sementara orang Jerman dan Rusia menyukai roti dari gandum.
Saat ini roti sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berbetuk datar, kita bisa menikmati roti dalam aneka bentuk, rasa dan ukuran. Tinggal pilih tinggal saja mana yang kita sukai.
Tahukah Anda, cikal bakal roti berasal dari bangsa Mesir Kuno? Pada saat itu roti diolah dengan bahan dan cara yang masih sederhana, sehingga bentuk dan rasanya belum sesempurna sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk dan cita rasa roti semakin beragam. Pada abad pertengahan, evolusi roti telah mencapai puncaknya, terutama di Benua Eropa. Pada saat itu cita rasa roti sudah sama seperti yang kita temukan saat ini, begitu juga dengan bentuk dan variasinya.
Roti adalah salah satu makanan tertua di dunia. Sejarah roti yang panjang konon berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Roti ditemukan saat mereka mencari cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga membentuk pasta. Pasta yang dimasak di atas api kemudian mengeras dan dapat disimpan beberapa hari.
Teknik paling dasar membuat roti seperti ini masih digunakan dibeberapa negara walau perkembangan teknik dan jenis roti modern semakin beragam. Sebut saja Tortila Mexico, Roti Canai India, Pitabread di Timur Tengah dan lain-lain. Roti-roti semacam ini dikenal lebih dengan nama istilah roti datar.
Sementara ragi roti ditemukan saat orang-orang Mesir menyimpan sedikit adonan dari hari sebelumnya dan ditambahkan pada adonan yang baru. Kemudian dikembangkan pula jenis gandum yang baru yang memungkinkan terciptanya jenis roti yang baru.
Dari Mesir inilah bangsa Yunani mengambil teknologi pembuatan roti. Teknologi yang kemudian menyebar di seluruh Eropa dan menjadikan roti sebagai makanan yang dianggap penting oleh masyarakatnya. Di Roma, roti dan gandum lebih penting ketimbang daging.
Di masa ribuan tahun silam, manusia hidup mengembara. Untuk kebutuhan makan mereka peroleh dari berburu dan memakan apa saja yang bisa dimakan. Dari bulir gandum yang tadinya dimakan begitu saja akhirnya mereka tumbuk dan beri air supaya lembek. Adonan itu mereka jemur sampai kering, lalu kemudian ada juga yang membakar gandum itu di atas batu yang dipanaskan dengan api.
Sekitar 4.600 tahun yang lalu, di Mesir ada orang lupa mengeringkan adonan tepung. Adonan itu meragi. Setelah dibakar, rasanya lebih empuk dan lebih enak, Sejak itu, mereka sengaja meragikan dulu adonan tepung supaya mengembang.
Roti masa itu belum seempuk dan seenak sekarang. Membuatnya pun menjijikkan. Di mana tepung, air dan adonan ragi dicampur lalu diinjak-injak oleh para budak. Namun roti tidak lagi dibakar di api terbuka, tetapi di dalam tungku primitif berbentuk kerucut. Masa itu para pekerja Mesir bukan di upah dengan uang, tetapi dengan roti. Sampai sekarang dalam bahasa Inggris pencari nafkah disebut breadwinner yaitu orang yang berjuang untuk mendapat sekerat roti. Kata ’Roti’ sering dipakai untuk menggantikan kata ’rezeki’. Sampai sekarang, roti tradisional di Timur Tengah, India dan Afrika bentuknya masih pipih. Sampai akhirnya roti kemudian menjadi makanan pokok di berbagai bagian dunia.
Di zaman dahulu warna roti membedakan ‘kelas’ dalam masyarakat. Semakin gelap warna roti yang dikonsumsi maka semakin rendah satus sosialnya. Hal ini dikarenakan tepung putih yang mahal. Tetapi zaman sekarang roti berwarna gelap justru lebih mahal karena rasanya yang lebih enak dan kandungan gizinya lebih tinggi.
Pembuatan roti terus berkembang. Kita mengenal berbagai macam bentuk dan rasa roti. Di Indonesia kita biasa makan roti tawar yang empuk, berwarna putih, berbentuk kotak dan kulitnya tipis. Orang Perancis lebih menyukai roti panjang dan langsing seperti tabung, kulitnya tebal tetapi di dalamnya empuk. Sementara orang Jerman dan Rusia menyukai roti dari gandum.
Saat ini roti sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berbetuk datar, kita bisa menikmati roti dalam aneka bentuk, rasa dan ukuran. Tinggal pilih tinggal saja mana yang kita sukai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar